Yayasan Pendidikan Islam dan Sosial Al Badr

Editorial RQ Al Badr, November 2023

Ikhlas saat belajar dan ikhlas ketika mengajarkan ilmu

Rumah Qur’an Al Badr mengucapkan selamat hari guru, 25 November 2023. Terimakasih kami ucapkan atas dedikasi dan keikhlasan para guru yang telah membimbing masyarakat dan generasi muda Indonesia dalam menuntut ilmu.

Semoga sehat sejahtera dan sukses selalu pendidikan masyarakat Indonesia.

Selamat hari guru, 25 November 2023  @ RQ Al Badr 

Mengenal arti kata ikhlas 

Dalam banyak momen obrolan, baik berupa pembicaraan santai ataupun diskusi yang berlangsung di tengah tengah masyarakat, cukup sering terdengar pengucapan kata “ikhlas”, yang disampaikan sebagai bentuk sebuah nasihat agar seseorang dapat menghadirkan rasa tulus dari dalam hatinya ketika melakukan setiap pekerjaan yang baik.

Istilah ikhlas terambil dari kata dalam bahasa Arab yang kemudian populer di lisan masyarakat, serta menjadi bagian dari kata serapan yang digunakan di dalam bahasa Indonesia.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia ( KBBI ), secara harfiah kata ikhlas dapat bermakna bersih; jernih; murni;  atau ketulusan dalam hati. 

Sedangkan secara istilah di dalam agama Islam, ikhlas diartikan sebagai niat yang murni semata-mata mengharapkan penerimaan dan keridhoan dari Tuhan dalam melakukan suatu perbuatan, tanpa mengharapkan penghargaan atau pujian dari manusia dan tanpa menyekutukan Tuhan dengan sesuatu yang lain.

Lawan dari sifat ikhlas adalah riya’.  Riya’ adalah suatu kondisi ketika seseorang melakukan suatu amal perbuatan dan ibadah karena ingin mencari penghargaan dan juga pengakuan dari manusia.

Sifat sifat orang yang ikhlas

Seseorang yang pada dasarnya memiliki sifat ikhlas akan merasa bahwa dirinya mempunyai banyak kekurangan dan kelemahan. Diapun akan menyadari, bahwa dirinya belumlah maksimal dalam menjalankan kewajiban kewajiban yang Allah berikan. Dia pun tidak akan pernah merasa bangga hati apalagi sombong dengan banyaknya amalan kebaikan yang telah dilakukannya, akan tetapi ia justru merasa cemas jika amalan amalannya tersebut ternyata tidak diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta’Alaa oleh karena kurang di dalam hal keikhlasan.

Para ulama besar yang terdahulu sering mengeluh perihal beratnya perjuangan bathin untuk menjaga keikhlasan dalam beramal oleh karena sifat dasar hati manusia yang memang sering berubah-ubah.

Akan tetapi meskipun demikian, di samping oleh karena pertolongan Allah, keikhlasan di dalam hati dapat diusahakan dengan cara dilatih, dijaga, dan diperjuangkan oleh setiap individu.

Wujud ikhlas dalam kehidupan

Dalam konteks hubungan sosial kemasyarakatan ( muamalah ), ikhlas merupakan sikap jujur dan hati yang tulus dalam memberikan sebuah pertolongan atau manfaat.

Implementasi lainnya dari sikap ikhlas dapat pula diterapkan dalam segala ruang kehidupan.

Seorang pekerja yang ikhlas, akan senantiasa mengerjakan tugas tugas dan tanggung jawab yang diembannya dengan penuh keadilan, dedikasi, rasa senang, dan gembira.

Seorang atasan yang ikhlas akan senantiasa membimbing dan memperlakukan bawahannya sebagai mitra kerjanya, bukan menganggapnya sebagai objek eksploitasi.

Seorang pedagang yang ikhlas akan selalu mengedepankan kejujuran dan keadilan di dalam menimbang, menakar, bersikap, dan melayani transaksi jual beli dengan adil.

Seorang pembeli yang ikhlas akan cenderung mempermudah proses transaksi jual beli, dan ridho dengan margin keuntungan sewajarnya yang diambil oleh para penjual.

Dokumentasi Rumah Qur’an Al Badr, suasana KBM di RQ Al Badr.

Dokumentasi Rumah Qur’an Al Badr, suasana KBM di RQ Al Badr.

Seorang pelajar yang ikhlas akan senantiasa menunaikan hak hak guru nya seperti menyayangi, menghargai, ataupun menghormati nya, serta  akan berusaha untuk tetap fokus di dalam belajar, sehingga dapat memahami dan menimba banyak ilmu dari gurunya tersebut.

Dokumentasi Rumah Qur’an Al Badr, seorang guru di RQ Al Badr saat sedang mengajar ilmu bahasa Arab.

Seorang guru yang ikhlas akan berusaha menunaikan hak hak murid muridnya, seperti mengajarkan ilmu pengetahuan yang dimilikinya dengan senang hati, rasa kasih sayang, dan penuh dedikasi agar anak anak didiknya tersebut dapat memahami dengan baik ilmu yang diajarkannya.

Melatih keikhlasan

Kehidupan di dalam masyarakat, sebagaimana sistem kerja pada alam semesta akan selalu memiliki pola yang disebut “keseimbangan alam”.

Dalam kehidupan bermasyarakat ( muamalah ), pola keseimbangan itu akan selalu meliputi dua hal pokok, yaitu keseimbangan antara hak dan kewajiban.

Dengan seimbangnya antara hak dan kewajiban, akan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh umat manusia.

Terjadinya ketidak seimbangan antara hak dan kewajiban justru akan berujung pada ketidak adilan serta kecemburuan sosial.

Seorang yang berusaha untuk dapat ikhlas di dalam kehidupannya, siapapun ia dan apapun profesi yang dijalaninya akan selalu berusaha untuk dapat menjaga keseimbangan antara hak dan kewajibannya tersebut dengan tulus ikhlas serta mengharap keridhoan ilahi.

Tiada yang dapat mengukur dengan pasti seberapa baik derajat keikhlasan seseorang, kecuali hanya Allah saja yang maha mengetahuinya.

Sungguh pun demikian keikhlasan tetaplah sesuatu hal yang harus diperjuangkan, atau dengan kata lain keikhlasan itu sesungguhnya dapat dilatih dan diusahakan.

Rasa ringan maupun berat hati di dalam belajar / bersekolah / menuntut ilmu ataupun ketika guru mengajarkan ilmu kepada murid muridnya adalah sarana untuk melatih keikhlasan, sebagaimana pesan yang tertulis dalam sebuah redaksional ayat Al Qur’an :

ٱنفِرُوا۟ خِفَافًا وَثِقَالًا وَجَٰهِدُوا۟ بِأَمْوَٰلِكُمْ وَأَنفُسِكُمْ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ ۚ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ

Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.

( Surat At-Taubah Ayat 41 )

۞ وَمَا كَانَ ٱلْمُؤْمِنُونَ لِيَنفِرُوا۟ كَآفَّةً ۚ فَلَوْلَا نَفَرَ مِن كُلِّ فِرْقَةٍ مِّنْهُمْ طَآئِفَةٌ لِّيَتَفَقَّهُوا۟ فِى ٱلدِّينِ وَلِيُنذِرُوا۟ قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوٓا۟ إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ

Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.

( Surat At-Taubah Ayat 122 )

Menuntut ilmu, bersekolah, belajar, dan mengajarkan ilmu adalah bagian dari jihad fii Sabilillah. 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Translate »
Open chat
Assalamualaikaum warhamatullah..
Untuk mendapatkan informasi lebih lengkap, silahkan menghubungi admin.