Yayasan Pendidikan Islam dan Sosial Al Badr

Pekan pendaftaran santri baru

Beberapa pekan setelah diresmikannya kelas pembelajaran yang baru untuk kelompok anak usia sekolah, Rumah Qur’an Al Badr kembali memperluas pelayanan bimbingan pendidikan Al Qur’an bagi masyarakat dengan membuka pendaftaran bagi calon peserta baru, di kelas belajar baca Al Qur’an untuk kategori peserta Ikhwan dewasa ( bapak bapak dan remaja putra ) serta akhwat dewasa ( ibu ibu dan remaja putri).

Flyer pendaftaran peserta kajian belajar baca Al Qur’an kelas Ikhwan dewasa ( bapak bapak dan remaja putra )

Flyer pendaftaran peserta kajian belajar baca Al Qur’an kelas Akhwat dewasa ( ibu ibu dan remaja putri ).


Jadwal yang dicanangkan untuk kelas pembelajaran baru tersebut adalah di setiap hari Ahad, jam 20.00 sampai selesai untuk kelas Ikhwan dewasa ( bapak bapak dan remaja putra ), serta di setiap hari Kamis, jam 09.00 sampai selesai untuk kelas akhwat dewasa ( ibu ibu dan remaja putri ).

Kesempatan pendaftaran peserta baru kajian belajar belajar membaca Al Qur’an dibuka hingga akhir Oktober 2023 M.

Informasi pendaftaran selengkapnya dapat diperoleh melalui nomer contact :

WhatsApp 0877.7788.0061 ( Suryono )

Tujuan dari dibukanya pendaftaran bagi calon peserta yang baru pada kegiatan belajar baca Al Qur’an ini merupakan satu bentuk komitmen dari Rumah Qur’an Al Badr untuk berkhidmah kepada masyarakat di bidang pendidikan Al Qur’an dengan merealisasikan program “Keluarga Sakinah”.

Program “Keluarga Sakinah” merupakan program terobosan Rumah Qur’an Al Badr untuk membimbing setiap keluarga muslim yang berada di lingkungan masyarakat agar lebih mengenal dan mencintai Al Qur’an sebagai petunjuk hidupnya yang akan diawali dengan belajar membaca Al Qur’an secara baik dan benar.

Sebuah nasihat serta perbekalan ilmu

Membaca adalah langkah pertama yang harus dilakukan oleh setiap muslim dalam berinteraksi terhadap Al Qur’an. Hal tersebut sesungguhnya merupakan cerminan dari makna filosofis serta hikmah dari peristiwa diturunkannya Al Qur’an untuk yang pertama kalinya kepada Muhammad Shalallahu Alayhi Wassalam di gua Hira.

Wahyu pertama yang diterimanya tersebut merupakan sebuah kata perintah “Iqra”, yang bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia bermakna kata perintah “Bacalah” !.

( surah Al Alaq : 1 )

Dokumentasi Rumah Qur’an Al Badr Jakarta, suasana kajian belajar membaca Al Qur’an.

Dokumentasi Rumah Qur’an Al Badr Jakarta, suasana kajian belajar membaca Al Qur’an.

Sehingga dapat disimpulkan, bahwasanya kegiatan membaca ( tilawah ) Al Qur’an yang dilakukan pada hari ini, ketika Al Qur’an telah selesai diturunkan seluruhnya adalah tahapan yang paling awal bagi setiap muslim dan muslimah dalam mempelajari dan memahami Al Qur’an sebagai pedoman dan petunjuk hidupnya.

Dengan demikian sangatlah dianjurkan bagi seluruh kaum muslimin untuk mau mempelajari cara membaca Al Qur’an dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah dalam ilmu Tajwid agar bacaan Al Qur’an yang dilantunkannya sesuai dengan bacaan yang dilantunkan oleh nabi Muhammad Shalallahu Alayhi Wassalam sejak 14 abad yang lalu.

Makna filosofis Iqro

Nabi Muhammad Shalallahu Alayhi Wassalam adalah figur yang telah terpilih, dengan segenap kelebihan dan keutamaannya, serta dengan tingkat kecerdasannya yang sangat tinggi beliau memiliki sifat Al Fathonah, namun demikian sebagai seorang utusan Allah, beliau tidaklah memiliki kemampuan untuk membaca ataupun menulis ( Ummi ).

Hal ini tentu saja memiliki hikmah hikmah tersendiri yang menunjukkan bahwasanya Al Qur’an adalah mukjizat berupa firman firman Allah dan bukanlah sebagai hasil kecerdasan pemikiran dan produk tulisan sastra buatan mahluk / manusia.

Beliau pun dibimbing langsung oleh malaikat Jibril Alayhissalam yang kemudian mengajarkannya membaca, menghafal, serta memahami kandungan yang terdapat di dalam surat Al Alaq, ayat 1 sampai 5.

Setelah diturunkannya ayat pertama hingga ayat ke 5 dari surah Al Alaq, tahapan turunnya Al Qur’an dilanjutkan kembali dengan disampaikannya rangkaian ayat ayat berikutnya oleh Jibril Alayhissalam di dalam banyak kesempatan dan waktu, baik ketika nabi Muhammad Shalallahu Alayhi Wassalam masih berada di kota Mekah ( ayat ayat Makkiyah ) hingga saat beliau dan para sahabatnya hijrah dan menetap di kota Madinah. ( ayat ayat Madaniyah ).

Ayat demi ayat pun silih berganti diturunkan sesuai dengan rentetan petistiwa yang tengah terjadi di tengah masyarakat Arab kala itu ( asbabun nuzul ), berikut dengan hikmah hikmah lain yang juga menyertainya.

Pada puncaknya, diturunkannya Al Qur’an kemudian sampai pada bagian akhir dari Al Qur’an, yaitu pada saat disampaikannya sebuah statement berupa legitimasi dari Allah Subhanahu Wa Ta’Alaa, berupa sebuah ayat yang ke 5 dari surah Al Maidah, pada suatu kesempatan ketika Rasulullah shalallahu alayhi wasallam berhaji Wada ( perpisahan ) di padang Arofah bersama para sahabatnya.

Sejak dari permulaan hingga selesainya wahyu diturunkan, Al Qur’an telah dibaca, dihafalkan, dipelajari, dan diimplementasikan langsung di dalam kehidupan masyarakat kala itu.

Keteladanan dari dua golongan sahabat nabi

Di antara para sahabat nabi, ada segolongan orang yang sedari awal telah memiliki kepandaian dalam membaca dan menulis kalimat kalimat sastra berbahasa Arab, maka mereka pun menghafalkan Al Qur’an sambil mendokumentasikan redaksi ayat ayat Al Qur’an yang telah diterima, diajarkan, dan dihafalkannya langsung dari nabi di atas media tulis seadanya, seperti lembaran lembaran kulit kering, kepingan batu, permukaan kayu, dan pelepah kurma. Di antara contoh para sahabat yang terampil dalam membaca dan menulis adalah para Khulafaur Rasyidin, kemudian Zaid bin Tsabit, Abdurrahman bin Auf, dan Saad bin Abi Waqqash.

Sementara itu, sebagian dari para sahabat nabi yang lainnya ada pula yang kebetulan tidak memiliki kemampuan baca dan menulis, namun mereka juga turut bersemangat dalam membaca Al Qur’an, yaitu dengan cara menghafalkannya, merenungkannya, serta mengamalkannya secara bersama sama.

Di antara para sahabat nabi yang tidak memiliki ketrampilan dalam membaca dan menulis namun memiliki hafalan Al Qur’an yang baik contohnya adalah Anas bin Malik, serta Bilal bin Rabbah.

Seperti halnya perjalanan sejarah yang telah berlalu di masa kehidupan nabi bersama dengan para sahabatnya, pada hari ini masyarakat muslimin hendaknya turut pula meneladani sikap serta perikehidupan nabi bersama dengan para sahabat sahabatnya di dalam berinteraksi dengan Al Qur’an yaitu dengan cara membaca, mempelajari, dan memahaminya, hingga sampai pada tahapan mengamalkannya di dalam kehidupan bermasyarakat.

Dua cara dalam membaca Al Qur’an

Sebagian dari kaum muslimin yang hidup pada masa sekarang ini beramai ramai turut serta dalam mempelajari Al Qur’an, baik di lembaga lembaga pendidikan formal ( Mahad atau madrasah ) maupun di lembaga lembaga pendidikan informal ( Pondok Pesantren, Rumah Qur’an, TPA /TPQ ).

Apa yang mereka pelajari adalah ilmu ilmu yang berkaitan dengan Al Qur’an, seperti ilmu Tajwid, Tahsin, dan Qiroah hingga berlanjut pada tahapan Tahfidz Al Qur’an ( kegiatan menghafal ) dengan metode secara talaqi ( dibimbing langsung oleh guru / ustadz ).

Dokumentasi video Rumah Qur’an Al Badr Jakarta, suasana kajian Tahsin dan belajar membaca Al Qur’an yang dibimbing langsung oleh ustadz Salim. Lc

Dokumentasi video Rumah Qur’an Al Badr Jakarta, suasana kajian Tahsin dan belajar membaca Al Qur’an yang dibimbing langsung oleh ustadz Salim. Lc

Dokumentasi video Rumah Qur’an Al Badr Jakarta, suasana kajian Tahsin dan belajar membaca Al Qur’an yang dibimbing langsung oleh ustadz Salim. Lc


Dari metode pembelajaran ini, diharapkan seseorang akan dapat memiliki kemampuan yang memadai dalam membaca Al Qur’an, yang pada saat ini telah tertulis dan tersusun rapi di dalam mushaf mushaf Al Qur’an.

Dengan ketrampilan yang baik dalam membaca mushaf Al Qur’an, proses menghafal Al Qur’an akan menjadi lebih mudah dan terarah.

Sedangkan sebagian dari kalangan lainnya ada juga yang tak kalah semangatnya dalam membaca Al Qur’an kendati mereka tidak atau belum memiliki kemampuan yang memadai dalam hal membaca Al Qur’an dengan baik dan benar secara langsung dari mushaf nya.

Dengan bimbingan langsung dari seorang guru ( ustadz atau ustadzah ) yang membacakan ayat demi ayat Al Qur’an secara fasih, mereka pun mendengarkan bacaan Al Qur’an tersebut dan kemudian menghafalkannya sesuai dengan bacaan yang dicontohkan oleh gurunya tersebut.

Dengan berbekal kekuatan hafalan, mereka pun kemudian memiliki kemampuan dalam membaca ayat ayat Al Qur’an dengan baik dan benar, sesuai dengan kaidah Tajwid meskipun mereka tidak atau belum memiliki kemampuan untuk membaca tulisan ayat ayatnya secara langsung pada mushaf mushaf Al Qur’an.

Kelebihan dan kekurangan setiap metode dalam membaca Al Qur’an

Setiap cara yang digunakan dalam membaca Al Qur’an, tentu saja memiliki kelebihan dan kekurangannya masing masing.

Dokumentasi Rumah Qur’an Al Badr, suasana kajian belajar membaca Al Qur’an yang rutin telah berjalan di setiap hari Senin. Dibuka kembali kesempatan untuk pendaftaran bagi peserta baru untuk jadwal kajian belajar membaca Al Qur’an di setiap hari Ahad / Minggu, jam 20.00 sampai selesai.

Dokumentasi Rumah Qur’an Al Badr, suasana kajian belajar membaca Al Qur’an yang rutin telah berjalan di setiap hari Rabu, bada Maghrib jam 18.30 sampai selesai. Dibuka kembali kesempatan untuk pendaftaran bagi peserta baru untuk jadwal kajian belajar membaca Al Qur’an di setiap hari Kamis pagi, jam 08.00 sampai selesai.

Dokumentasi Rumah Qur’an Al Badr, suasana kajian belajar membaca Al Qur’an yang rutin telah berjalan di setiap hari Kamis. Dibuka kembali kesempatan untuk pendaftaran bagi peserta baru untuk jadwal kajian belajar membaca Al Qur’an di setiap hari Kamis, jam 08.00 pagi sampai selesai.

Bagi mereka yang berkesempatan untuk mempelajari ilmu Tajwid tentu akan dapat memiliki ketrampilan yang memadai untuk membaca Al Qur’an dengan baik dan benar.

Sehingga meskipun seseorang belum hafal Al Qur’an, namun ia telah memahami ilmu Tajwid dengan baik, tentu dengan mudahnya ia akan dapat membaca ayat demi ayat yang tertulis di dalam mushaf Al Qur’an, kapan saja, dan di mana saja ia berada.

Keutamaan lainnya yang dapat diperoleh adalah dari segi ganjaran pahala yang akan digandakan hingga 10 kali lipat atas setiap huruf dari ayat ayat yang dibacanya langsung pada mushaf Al Qur’an.

Namun demikian, ilmu Tajwid ini tentu saja belum dapat diberikan kepada anak anak yang berusia di bawah 5 tahun, sehingga metode membaca Al Qur’an dengan cara menguatkan hafalan kepada anak anak usia di bawah 5 tahun adalah sebuah metode yang tepat untuk digunakan.

Pelajaran Tajwid dapat diberikan secara bertahap ketika seseorang telah berusia di atas 5 tahun atau dinilai telah mampu untuk mempelajari ilmu Tajwid.

Metode belajar di Rumah Qur’an Al Badr

Dari kedua metode belajar membaca Al Qur’an tersebut, Rumah Qur’an Al Badr menerapkan kombinasi di antara keduanya pada setiap kegiatan belajar yang sudah dijadwalkan secara rutin di setiap pekannya.

Fasilitas ruangan belajar yang nyaman dan bersahabat di Rumah Qur’an Al Badr merupakan sarana penunjang keberhasilan kegiatan belajar.

Dengan kemudahan kemudahan yang diberikan dalam proses belajar, diharapkan setiap santri Rumah Qur’an Al Badr dapat memiliki ketrampilan dalam membaca Al Qur’an sekaligus memiliki kesempatan untuk dapat memiliki hafalan yang cukup, dengan target minimal adalah juz ke 30 dari Al Qur’an ( Juz Amma ).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Translate »
Open chat
Assalamualaikaum warhamatullah..
Untuk mendapatkan informasi lebih lengkap, silahkan menghubungi admin.