Yayasan Pendidikan Islam dan Sosial Al Badr

Editorial Oktober 2023, RQ Al Badr



Cahaya penerang di setiap zaman
Ditulis oleh team redaksi Rumah Qur’an Al Badr Jakarta ©

Seorang tokoh pemerhati sosial dan kemasyarakatan terkenal dari Eropa yang hidup di awal abad ke 20, Karl Mannheim telah menggagas sebuah teori mengenai keberadaan dan kondisi masyarakat lintas zaman.

Ilustrasi silih bergantinya generasi di dalam masyarakat, sumber gambar ilustrasi dari : Google

Berdasarkan teori yang disampaikannya tersebut, secara singkat dapat disimpulkan bahwasanya bagi setiap kelahiran atau kemunculan sebuah generasi baru di tengah tengah masyarakat, secara langsung akan menggantikan eksistensi generasi masyarakat yang sebelumnya setahap demi setahap hingga generasi yang terdahulu itu pun pada akhirnya akan punah ditelan oleh zaman.

Perubahan demi perubahan atau dinamika sosial yang terus berlangsung di tengah masyarakat, yang disertai dengan laju perkembangan zaman dan teknologi diyakini telah turut memberikan andil yang sangat besar dalam membentuk sifat sifat serta karakter unik dari sebuah generasi masyarakat baru, yang bisa jadi akan sangat berbeda tipikalnya dari generasi generasi masyarakat yang sebelumnya.

Keberadaan dari setiap kelompok generasi masyarakat tentunya tak akan pernah terlepas dari rangkaian sejarah dunia dan peristiwa peristiwa global yang akan turut mempengaruhi serta membentuk sifat serta perilaku dari masyarakat tersebut.

Peta generasi masyarakat modern

Pada awal abad ke 21, para ahli sosial dan kemasyarakatan modern telah mengemukakan pendapat, bahwa rentang waktu di antara penghujung abad ke 20 atau sekitar tahun 1995 M hingga pada sekitar satu dekade pada permulaan abad ke 21 atau sekitar tahun 2010 M, adalah masa masa bersejarah bagi terlahirnya sebuah kelompok generasi yang baru di tengah masyarakat modern yang hidup dengan berbagai fasilitas, kemajuan dan penerapan teknologi digital.
Oleh para ahli Sosial kemasyarakatan, kelompok generasi masyarakat tersebut kemudian dinamakan sebagai “Generasi Z”.

Sementara, untuk generasi pendahulu yang telah ada sebelum lahirnya “Generasi Z”, anggaplah saja bernama “Generasi Y” dengan rentang masa kelahiran antara tahun 1977 M – 1994 M, telah disebut-sebut sebagai “Generasi pembatas” ( Generasi transisi ) antara masa teknologi analog klasik dengan permulaan era moderenisasi teknologi digital.

Berdasarkan perhitungan di atas kertas, keberadaan kelompok masyarakat “Generasi Y” yang masih hidup pada saat ini, di tahun 2023 M diperkirakan telah mencapai usia di antara 29 hingga 46 tahun.

Sedangkan untuk kelompok masyarakat yang lebih terdahulu lagi dari “Generasi Y”, anggaplah saja sebagai “Generasi X” dengan rentang masa kelahiran antara tahun 1965 M – 1976 M, merupakan generasi masyarakat era klasik di mana teknologi berbasis analog dan konvensional masih begitu mendominasi, sementara teknologi digital pada saat itu masih belum begitu pesat berkembang.

Keberadaan kelompok masyarakat “Generasi X” yang masih hidup hingga saat ini di tahun 2023 M, menurut perhitungannya diperkirakan telah berusia di antara 47 hingga 58 tahun.

Di sisi lainnya, untuk kelompok generasi masyarakat yang saat ini, di tahun 2023 M telah berusia sekitar 60 tahun ke atas adalah kelompok masyarakat klasik yang sangat mungkin masih memiliki karakter yang konservatif baik dari segi cara berfikir, kepribadian, maupun gaya hidupnya.

Generasi teranyar masa kini

Sesuai dengan sistematika pada susunan alfabet latin, penamaan “Generasi Z” dianggap mewakili urutan huruf yang paling akhir setelah sederetan huruf huruf latin sebelumnya seperti X,Y, dan seterusnya.

Setelah rentang waktu bagi terlahirnya kelompok masyarakat “Generasi Z” ini selesai, generasi masyarakat baru yang akan muncul berikutnya kemudian dikembalikan lagi penamaannya sesuai dengan urutan huruf paling awal dari deret alfabet latin, yaitu huruf “A” ( Generasi Alfa ). Maka di masa masa sekarang ini, antara tahun 2011 M – 2025 M merupakan tentang waktu bagi kemunculan kelompok masyarakat generasi di masa depan, yang kemudian dapat disebut sebagai “Generasi A” ( Alfa ).

Di masa mendatang, eksistensi “Generasi A” ( Alfa ) ini kelak akan menggeser dan menggantikan keberadaan dari kelompok masyarakat generasi pendahulunya, yaitu “Generasi Z”.

Karakteristik generasi teranyar saat ini

Dapat disimpulkan, berdasarkan rentang masa tahun tahun kelahirannya, keadaan generasi masyarakat yang teranyar pada saat tulisan ini selesai dibuat, sebutlah saja sebagai “Generasi Alfa”, usianya masih relatif sangat muda. Karena generasi teranyar ini baru menginjak usia di antara 0 hingga 12 tahun, sehingga belumlah dapat diketahui dengan jelas tentang sifat sifat dan karakteristiknya.

Dokumentasi Rumah Qur’an Al Badr, anak anak zaman sekarang sebagai bagian dari “Generasi Alfa” sedang bermain bersama di sebuah pelataran. Sebuah momen berharga ditengah serbuan gadget yang banyak menyita waktu generasi muda.

Akan tetapi, sungguh karakteristik kelompok masyarakat “Generasi Alfa” ini tidak akan jauh berbeda dengan kelompok masyarakat generasi sebelumnya ( “Generasi Z” ) yang saat ini, di tahun 2023 M telah menginjak usia antara 13 hingga 28 tahun, dengan ciri khas sebagai kaum sangat pandai, akan tetapi begitu sangat bergantung pada produk produk berteknologi tinggi.

Problematika Zaman modern

Sebagian kalangan di dalam masyarakat, terutama yang termasuk pada kalangan generasi generasi sebelum munculnya “Generasi Z”, barangkali akan merasa sangat kaget, heran, bahkan bersikap skeptis terhadap sifat khas bawaan, sisi negatif serta perilaku unik dari kelompok masyarakat “Generasi Z” ini.

Betapa norma norma dalam kehidupan bermasyarakat, etika pergaulan, dan pranata pranata sosial yang sejak dahulu dirasakan begitu sakralnya dan terpelihara, saat ini seolah sedang berjalan cepat ke arah belakang menuju pada titik ekstrim degradasi yang seolah nyaris tak dapat dibendung lagi.

Beragam kritik dan ungkapan rasa kesedihan serta kekecewaan dari kelompok masyarakat yang mewakili kalangan “Generasi masa lampau” ramai menjadi topik perbincangan hangat, baik di level obrolan antar tetangga, diskusi publik di media massa, bahkan sampai membanjiri ruang ruang seminar di media media sosial dan komunikasi.

Ada apakah gerangan sebenarnya saat ini ?
Mengapa begitu cepatnya dunia berubah ?, Sementara sebagian besar komponen masyarakat ternyata masih enggan untuk beranjak dari “ketenangan” dan kedamaian hidup di masa lampau, dan merasa begitu asing bila harus berhadapan langsung dengan situasi zaman kekinian.

Apabila kita mau menelaah secara mendalam, semua perubahan perubahan sosial dan dinamika masyarakat yang saat ini sedang hangat diperbincangkan tersebut sesungguhnya merupakan hasil nyata dari perkembangan pesat yang begitu fundamental dari berbagai bidang kehidupan, terutama bidang ilmu pengetahuan ( sains ) serta teknologi informasi.

Fenomena perkembangan zaman dan silih bergantinya generasi ini sebenarnya telah lama dikenal di dalam literatur literatur primer khazanah ilmu agama Islam, seperti dalam Al Qur’an dan As Sunnah.
Telah nyata disimpulkan, bahwasanya Al Qur’an dan As Sunnah merupakan sarana terbaik untuk mengarungi kehidupan dengan aman dan sukses bagi setiap generasi di dalam masyarakat, di manapun, dan di zaman apapun waktunya mereka berada.

Cahaya di setiap Zaman

Lebih dari 1400 tahun silam, pada sebuah masa yang sangat jauh berselang dari zaman sekarang ini, kabar berita mengenai fenomena silih bergantinya zaman dan generasi yang terjadi di dalam masyarakat telah disampaikan dengan amat jelas oleh seseorang yang menyandang predikat sebagai tokoh terbaik sepanjang sejarah, dialah Muhammad Shalallahu Alayhi Wasallam.

Dalam sebuah pernyataan yang dibacakannya, beliau shalallahu alayhi wasallam telah menyampaikan sebuah pesan mengenai keberadaan beliau sebagai seorang utusan dari penguasa alam semesta, berikut dengan tugas tugas mulia yang diembannya, berkhidmah untuk membimbing seluruh umat manusia yang berada di segala penjuru dunia, dan berada di setiap zaman dan keadaan.
Demikian inilah yang telah disampaikannya kepada masyarakat di seluruh dunia :

وَمَآ أَرْسَلْنَٰكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَٰلَمِينَ

“Dan tiadalah Kami mengutus kamu ( Muhammad ), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”.

( Qs Al Anbiya : 107 )

Dalam perjalanan tugas mulianya, hingga pada akhirnya beliau pun berpindah dan menetap di suatu tempat yang bernama Yatsrib, atau sekarang lebih dikenal sebagai kota Madinah. Beliau pun menerima serangkaian kabar berita, yaitu berupa petunjuk Al Qur’anul Karim bagi seluruh kalangan yang berada di muka bumi

الٓرۚ كِتَٰبٌ أَنزَلۡنَٰهُ إِلَيۡكَ لِتُخۡرِجَ ٱلنَّاسَ مِنَ ٱلظُّلُمَٰتِ إِلَى ٱلنُّورِ بِإِذۡنِ رَبِّهِمۡ إِلَىٰ صِرَٰطِ ٱلۡعَزِيزِ ٱلۡحَمِيدِ

“Alif, laam raa. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji”.

( Q.S. Ibrahim, 14 : 1 )

Kehidupan sosial dan kemasyarakatan baik yang berada pada zaman kenabian sampai pada zaman sekarang ini bahkan hingga di zaman yang akan datang nanti, pada dasarnya akan selalu terikat dengan hukum-hukum alam seperti yang telah ditetapkan oleh Sang penguasa jagad raya ini sebagai sebuah “Sunatullah”.

Sebagaimana hukum hukum alam yang berlaku di jagad semesta, hukum-hukum yang berlaku di dalam kehidupan sosial kemasyarakatan juga telah memiliki sifat yang pasti.

Peralihan eksistensi dari satu generasi masyarakat kepada generasi masyarakat berikutnya juga telah digariskan sebagai suatu pola yang penuh dengan kepastian.

سُنَّةَ ٱللَّهِ فِي ٱلَّذِينَ خَلَوۡاْ مِن قَبۡلُۖ وَلَن تَجِدَ لِسُنَّةِ ٱللَّهِ تَبۡدِيلٗا

“Sebagai sunnah Allah yang berlaku atas orang-orang yang telah terdahulu sebelum (mu), dan kamu sekali-kali tiada akan mendapati perubahan pada sunnah Allah”.

( Qs Al Ahzab : 62 )

Sebuah contoh dari hukum sosial kemasyarakatan yang juga merupakan sunnatullah, ialah sebuah keadaan apabila di tengah tengah suatu masyarakat yang begitu permisifnya telah menganggap biasa bahkan membiarkan terjadinya perkara perkara kemungkaran, maka dapat dipastikan yang akan terjadi adalah berikutnya beragam kekacauan dan kebinasaan.

Siklus kehidupan suatu umat manusia yang ditetapkan dalam hukum sosial kemasyarakatan akan selalu melalui empat tahapan periode, yaitu periode pembentukan generasi, kemudian dilanjutkan dengan periode generasi yang berjuang keras, kemudian kemunculan generasi yang menikmati hasil perjuangan, hingga akhirnya ditutup dengan generasi yang melakukan kerusakan dan kehancurannya.

Setiap generasi umat manusia pada akhirnya akan mengalami masa masa kemunduran bahkan kehancurannya sebagaimana disebutkan al-Qur’an surah Al A’raf : 34

وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٞۖ فَإِذَا جَآءَ أَجَلُهُمۡ لَا يَسۡتَأۡخِرُونَ سَاعَةٗ وَلَا يَسۡتَقۡدِمُونَ

“Tiap-tiap umat mempunyai; batas waktu, maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula) memajukannya”.

Al Qur’an sebagai petunjuk yang terbaik di setiap Zaman

Banyak fenomena yang terjadi di masa masa sekarang ini, di saat ramai segolongan masyarakat yang menyuarakan pandangan kelompoknya atas dasar menjunjung tinggi demokrasi dan nilai nilai hak azasi manusia dengan beragam pernyataan pernyataan yang kontroversial, bahwa agama Islam merupakan sebuah faktor penghalang terbesar bagi kebebasannya dalam berfikir, meraih kesuksesan, dan kenyamanan hidup bagi seseorang di tengah masyarakat.

Kaum muslimin sebagai masyarakat mayoritas di Indonesia adalah himpunan besar sumber daya manusia ( SDM ) yang jelas akan sangat berhajat pada Al Qur’an dan As Sunnah sebagai pedoman di dalam mengarungi samudera kehidupan.
Dalam sebuah redaksional ayat disebutkan :

قال الله تعالى؛
مَآ أَنزَلۡنَا عَلَيۡكَ ٱلۡقُرۡءَانَ لِتَشۡقَىٰٓ

“Kami tidak menurunkan Al-Qur`an ini kepadamu agar kamu menjadi susah.”

إِلَّا تَذْكِرَةً لِّمَن يَخْشَىٰ

“Melainkan Al-Qur’an sebagai peringatan bagi orang yang takut kepada Allah.”

Ayat mulia yang berada pada permulaan surah Thaha tersebut merupakan penegasan dari Allah Ta’ala bahwa Al Qur’an diturunkan bukan untuk membuat manusia menjadi susah, berat, sengsara, atau bahkan menderita.
Justru sebaliknya, secara mafhum mukholafah ( penafsiran berseberangan ) makna yang terkandung dari ayat ini adalah Al Qur’an itu diturunkan justru untuk membuat manusia hidup bahagia.

Penyebutan redaksi “Engkau / Kamu”, bertujuan untuk mewakili umat manusia secara umum yang meliputi setiap suku bangsa, di setiap tempat, dan di setiap waktu.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwasanya Al Qur’an merupakan pedoman yang terbaik dan abadi di sepanjang masa.

Al Qur’an dan As Sunnah sebagai pedoman dasar sungguh sangat elastis dan sangat adaptif dalam menyikapi dinamika masyarakat, perkembangan zaman, sains, dan teknologi.
Al Qur’an dan As Sunnah niscaya akan mampu dalam memberikan tuntunan kehidupan sekaligus menjawab tantangan perkembangan zaman melalui kaidah tatacara kehidupan manusia modern sesuai syariat ( fiqih muamalah modern / kontemporer ).

Hal tersebut sebagaimana sebuah pesan yang telah disampaikan oleh Rasulullah shalallahu alayhi wasallam :

إِنَّ الدِّينَ يُسْرٌ

“Sesungguhnya agama Islam itu mudah”.

( HR. Bukhari no. 39 ).

Segala petunjuk dalam agama Islam yang sifatnya berupa larangan sesungguhnya merupakan satu bentuk rambu rambu penjagaan bagi keselamatan kehidupan manusia, dan setiap bentuk perintah yang disampaikannya hakikatnya adalah kebaikan kebaikan yang bermanfaat yang dilaksanakan sesuai dengan kadar kemampuan setiap individu masyarakat.

Sebagai penyampai risalah, beliau shalallahu alayhi wasallam menyampaikan suatu bentuk toleransi dan kemudahan sebagai bentuk kasih sayang yang ada di dalam agama Islam :

مَا نَهَيْتُكُمْ عَنْهُ فَاجْتَنِبُوْهُ، وَمَا أَمَرْتُكُمْ بِهِ فَأْتُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ

“Apa yang aku larang hendaklah kalian menjauhinya, dan apa yang aku perintahkan maka lakukanlah semampu kalian”

( HR. Bukhari dan Muslim )

Kesusahan kesusahan tentu bisa dihindari dan beragam kebahagiaan tentu dapat diraih jika manusia mau menjadikan Al-Qur’an sebagai petunjuk dan tadzkirah, yaitu rambu-rambu peringatan dalam menjalani hidupnya.

Apabila seseorang berkenan untuk memperhatikan sebuah redaksional ayat Al Qur’an berikut ini, tentu ia akan berkeyakinan bahwasanya Islam adalah rahmatan lil alamiin, penuh kedamaian, dan sangat jauh dari sifat sifat yang kasar, keras, dan ekstrimis sebagaimana yang disampaikan oleh segelintir oknum masyarakat :

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ ٱللَّهِ لِنتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ ٱلْقَلْبِ لَٱنفَضُّوا۟ مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَٱعْفُ عَنْهُمْ وَٱسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى ٱلْأَمْرِ ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلْمُتَوَكِّلِينَ

Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu ( Muhammad ) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.

( Qs. Ali ‘Imran 159 )

Kalam penutup

Rumah Qur’an Al Badr sebagai bagian dari lembaga pendidikan Islam mengajak kepada masyarakat kaum muslimin untuk kembali kepada fitrahnya dengan kembali mempelajari dasar dasar dinul Islam.

Dokumentasi Rumah Qur’an Al Badr, bimbingan belajar Al Qur’an untuk anak usia sekolah, satu di antara komitmen Rumah Qur’an Al Badr dalam menjaga dan mempersiapkan kualitas taqwa “Generasi Alfa” generasi muda teranyar di Indonesia saat ini.

Dokumentasi Rumah Qur’an Al Badr, bimbingan belajar Al Qur’an untuk para ayah, satu di antara komitmen Rumah Qur’an Al Badr dalam menjaga dan mempersiapkan kualitas taqwa “Generasi X dan Generasi Y” generasi para orang tua bagi anak anak nya yang sekarang menjadi “Generasi Z dan Generasi Alfa”, generasi teranyar di Indonesia saat ini.

Dokumentasi Rumah Qur’an Al Badr, bimbingan belajar Al Qur’an untuk para ibu, satu di antara komitmen Rumah Qur’an Al Badr dalam menjaga dan mempersiapkan kualitas taqwa “Generasi X dan Generasi Y” generasi para orang tua bagi anak anak nya yang sekarang menjadi “Generasi Z dan Generasi Alfa”, generasi teranyar di Indonesia saat ini.

Mempersiapkan generasi muda penerus pembangunan Indonesia, melalui sektor pendidikan Islam dengan segenap dukungan baik berupa dukungan moril maupun materi, yang semuanya in syaa Allah merupakan bagian dari amal sholeh yang berguna di sepanjang masa.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarokaatuh.

Jakarta, Rabiul Awal 1445 H / Oktober 2023 M
Team redaksi Rumah Qur’an Al Badr Jakarta

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Translate »
Open chat
Assalamualaikaum warhamatullah..
Untuk mendapatkan informasi lebih lengkap, silahkan menghubungi admin.