Bermacam kegiatan yang telah berlangsung sejak awal bulan Juli sejatinya telah tersimpan rapi dalam sejumlah catatan dokumentasi di meja redaksi.
Rangkaian catatan dokumentasi tersebut yang secara khusus dipublikasikan melalui channel channel media sosial maupun media website merupakan laporan kegiatan rutin dari Rumah Qur’an Al Badr kepada masyarakat.

Dokumentasi Rumah Qur’an Al Badr Jakarta
- Santunan dari Medco Grup
Sebagai satu di antara mitra dakwah Rumah Qur’an Al Badr Jakarta, Medco Grup corporate telah cukup banyak memberikan perhatiannya kepada kegiatan dakwah khususnya di bidang pendidikan Islam.
Di setiap tahunnya, Medco Grup selalu merealisasikan dukungannya tersebut melalui berbagai santunan pada beberapa event seperti Idul Fitri, Idul Adha, maupun event kegiatan lainnya.
Pada bulan Juli 2025, secara resmi manajemen Medco Grup menyalurkan sekitar 80 paket santunan berupa uang saku dan alat tulis sekolah kepada para santri di Rumah Qur’an Al Badr Jakarta.

Dokumentasi Rumah Qur’an Al Badr Jakarta, rombongan Rumah Qur’an Al Badr saat tiba di masjid Al Istiqomah perkantoran Medco Group. Santri ikhwan berada di lantai dasar dan santriwati di lantai 2 masjid.

Dokumentasi Rumah Qur’an Al Badr Jakarta, rombongan santri Rumah Qur’an Al Badr Jakarta dipandu oleh bapak H. Marsidi

Dokumentasi Rumah Qur’an Al Badr Jakarta, pembukaan acara dengan tilawah Al Qur’an surah Al Fajr yang dibacakan secara hafalan oleh Hasbi Imran, santri Rumah Qur’an Al Badr halaqah 3.

Dokumentasi Rumah Qur’an Al Badr, kata sambutan dari perwakilan Medco Grup.

Dokumentasi Rumah Qur’an Al Badr, kata sambutan dari perwakilan Rumah Qur’an Al Badr Jakarta.

Dokumentasi Rumah Qur’an Al Badr, thausiyah Ustadz Ahmad Mukhtar. S.Ag
Para santri pelajar dan penghafal Al Qur’an di Rumah Qur’an Al Badr sebagiannya adalah santri yatim, sebagian lainnya adalah santri dhuafa, dan sebagian lainnya adalah santri reguler.
Lebih dari 70 santri menyempatkan hadir telah memperoleh paket bantuan tersebut, dan sebagian santri yang berhalangan hadir juga telah memperoleh paket alat tulis sekolah meskipun tanpa disertai uang saku seperti mereka yang hadir langsung.

Dokumentasi Rumah Qur’an Al Badr Jakarta, santunan bagi santri yatim dan dhuafa serta santri penghafal Al Qur’an

Dokumentasi Rumah Qur’an Al Badr Jakarta, santunan bagi santri yatim dan dhuafa serta santri penghafal Al Qur’an

Dokumentasi Rumah Qur’an Al Badr Jakarta, santunan bagi santri yatim dan dhuafa serta santri penghafal Al Qur’an

Dokumentasi Rumah Qur’an Al Badr Jakarta, santunan bagi santri yatim dan dhuafa serta santri penghafal Al Qur’an

Dokumentasi Rumah Qur’an Al Badr Jakarta, santunan bagi santri yatim dan dhuafa serta santri penghafal Al Qur’an
- Silaturahmi bersama wali santri RQ Al Badr
Awal dimulainya kegiatan belajar di Rumah Qur’an Al Badr merupakan saat yang tepat untuk menjalin kembali silaturahmi antara para guru dan wali santri di Rumah Qur’an Al Badr.
Dengan tujuan menyamakan prespektif akan pentingnya pembekalan pendidikan Islam bagi putra dan putri mereka sebagai generasi muda Indonesia, secara serentak acara silaturahmi tersebut diselenggarakan di dua tempat yang berbeda, yaitu di aula Rumah Qur’an Al Badr untuk para walisantri dari halaqah 1, 2, 3, 4, dan 5 serta di cabang II Rumah Qur’an Al Badr untuk para walisantri dari halaqah 6, 7, dan 8.

Dokumentasi Rumah Qur’an Al Badr Jakarta, sebagian walisantri yang hadir di aula Rumah Qur’an Al Badr Jakarta

Dokumentasi Rumah Qur’an Al Badr Jakarta, sebagian walisantri yang hadir di aula Rumah Qur’an Al Badr Jakarta

Dokumentasi Rumah Qur’an Al Badr Jakarta, sebagian walisantri yang hadir di aula Rumah Qur’an Al Badr Jakarta
Di gedung aula Rumah Qur’an Al Badr acara silaturahmi walisantri di bawakan guru yang mengampu halaqah 2 dan 3 oleh ustadz Salim. Lc kemudian halaqah 1 dan 4 oleh ustadzah Badriyah. S.pd.
Halaqah 5 yang dibimbing oleh ustadz Rizki. N diikut sertakan pada acara silaturahmi yang diselenggarakan di gedung aula Rumah Qur’an Al Badr meskipun dalam hal ini ustadz Rizki mendapat tugas membimbing Silaturahmi walisantri bersama dengan ustadz Aldy. Sy.
- Thausiyah yang menyentuh hati dari ustadz Salim. Lc
Dalam thausiyah nya, ustadz Salim. Lc. berpesan secara umum kepada segenap orang tua siswa dan walisantri yang hadir dalam acara silaturahmi tersebut baik yang berlangsung di aula Rumah Qur’an Al Badr Jakarta, maupun di cabang II Rumah Qur’an Al Badr Jakarta yang berlokasi di Jalan Musyawarah, gg 88 :
Poin pertama adalah mengenai pentingnya menjalin silaturahmi dan kerjasama yang kompak antara para guru pendidik di Rumah Qur’an dan para orang tua atau wali santri dalam mengontrol perjalanan pendidikan dengan cara turut memberikan motivasi, bimbingan, dan keteladan kepada putra dan putrinya.
Apabila para guru pendidik senantiasa berperan aktif dalam memberikan bimbingan dan keteladanan kepada para santri di lingkungan sekolah ( Rumah Qur’an ) maka para orang tua dan walisantri diminta pula untuk ikut berperan aktif dalam membimbing proses belajar putra putrinya di rumah kediaman dan lingkungannya masing masing dengan bimbingan dan keteladanan yang baik.
Dengan sinergi dan kerjasama yang kompak ini, tujuan utama dan keberhasilan pendidikan Islam bagi anak anak dan generasi muda pada umumnya dapat sukses dan memberikan hasil yang nyata baik berupa berupa ilmu dinul Islam maupun akhlak yang mulia.
Dokumentasi Rumah Qur’an Al Badr Jakarta, cuplikan thausiyah dari ustadz Salim. Lc. mengenai proses membangun akhlak yang mulia bagi anak anak dan generasi muda.
Dokumentasi Rumah Qur’an Al Badr Jakarta, cuplikan thausiyah dari ustadz Salim. Lc. mengenai proses membangun akhlak yang mulia bagi anak anak dan generasi muda.
Poin kedua yang disampaikannya dalam thausiyah tersebut adalah mengenai hakikat dari anak dan keturunan bila dipandang dari berbagai sisi. Redaksi website Rumah Qur’an Al Badr telah menambahkan beberapa keterangan pendukung berupa nash yang bersumber dari Al Qur’an dan hadits shahih.
Setiap orang tua pada dasarnya akan merasakan kebahagiaan dan kebanggaan dengan hadirnya anak serta keturunan di tengah tengah keluarga nya.
Di sisi lain dapat disaksikan berapa banyak orang tua yang bersedih hati karena belum dikaruniai anak atau keturunan, karena pada dasarnya anak dan keturunan adalah perhiasan bagi kedua orangtuanya, sebagaimana diterangkan dalam sebuah ayat Al Qur’an :
الْمَالُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ
“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan,”
( Qs. Al-Kahfi : 46 )
- Anak dan keturunan adalah titipan dan amanah dari Allah
Di dalam kaidah Islam, anak dan keturunan adalah karunia ilahi dan amanah berharga yang harus dijaga oleh masing masing orang tuanya karena semua akan dimintai pertanggungjawabannya kelak baik di dunia maupun di akhirat.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam riwayat yang shahih diriwayatkan oleh al-Imam Al-Bukhari, telah berpesan :
كُلُّكُمْ رَاعٍ فَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ فَالْأَمِيرُ الَّذِي عَلَى النَّاسِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ بَعْلِهَا وَوَلَدِهِ وَهِيَ مَسْئُولَةٌ عَنْهُمْ وَالْعَبْدُ رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُ أَلَا فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Setiap kalian adalah pemimpin, maka akan diminta pertanggung jawaban atas apa yang ia pimpin. Seorang amir (penguasa) adalah pemimpin atas manusia, dan dia akan diminta pertanggung jawaban tentang mereka. Seorang lelaki adalah pemimpin atas penghuni rumahnya, dan dia akan ditanya tentang mereka. Seorang wanita adalah pemimpin atas rumah suami dan anak-anaknya, dan dia akan ditanya tentang mereka. Seorang budak adalah pemimpin atas harta tuannya, dan dia akan ditanya tentangnya. Ingat setiap kalian adalah pemimpin, dan akan ditanya tentang apa yang dia pimpin”.
( HR. Al- Bukhari no. 2554 )
Perilaku lingkungan serta didikan kedua orang tua kelak akan mempengaruhi jatidiri dan masa depan seorang anak.
Setiap anak sejatinya dilahirkan di dunia dalam keadaan suci atau fitrah, dengan demikian maka kewajiban bagi kedua orangtuanya adalah membentuk jatidiri dan kepribadian anak anaknya, karena seorang anak adalah cerminan dari sikap kedua orangtuanya.
Di antara sifat fitrah dari seorang anak adalah suci dan berada dalam keadaan Islam meskipun ada diantara kalangan yang menyelisihi oleh karena kejahilannya.
فَاَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّيْنِ حَنِيْفًاۗ فِطْرَتَ اللّٰهِ الَّتِيْ فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَاۗ لَا تَبْدِيْلَ لِخَلْقِ اللّٰهِ ۗذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُۙ وَلٰكِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُوْنَۙ
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”
( Qs. Ar-Ruum : 30 )
Dalam sebuah redaksional hadits dikatakan bahwasanya pendidikan yang diberikan orang tua akan sangat berpengaruh terhadap jatidiri seorang anak.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu diriwayatkanbahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ
“Setiap anak dilahirkan dalam fitrahnya. Keduanya orang tuanya yang menjadikannya sebagai Yahudi, Nashrani atau Majusi..”
( HR. Al-Bukhari dan Muslim )
Setiap orang tua masyarakat muslimin memiliki tugas dan tanggungjawab besar dalam menjaga fitrah dari setiap anak keturunan nya agar senantiasa berada dalam fitrahnya ( Islam ) di sepanjang hidup hingga sampai kembali kepada Allah yang telah menciptakannya.
- Anak dan keturunan adalah proyek investasi terbesar milik kedua orangtuanya
Anak dapat juga dikatakan sebagai investasi terbesar bagi para orang tuanya masing masing yang kelak dapat menjadi syafaat yang akan menolong kedua orang tuanya di akhirat nanti bila anak anaknya tersebut tumbuh dan menjadi anak anak yang Sholeh atau Sholehah, serta berakhlak Karimah.
Diriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا مَاتَ الإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثَةٍ إِلاَّ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
Apabila manusia mati maka amalnya terputus kecuali karena tiga hal :
Sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak soleh yang selalu mendoakan kedua orang tuanya.
( HR. Ahmad 9079, Muslim 4310 )
Dengan kata lain, siapakah yang paling diharapkan oleh para orang tua ketika mereka telah wafat untuk selalu mendoakan kebaikan bagi mereka ?
Jawabannya tentu adalah anak anak nya yang Sholeh dan Sholehah.
Bahkan keistimewaan doa anak anak yang Sholeh dan Sholehah tersebut sampai dapat menaikkan derajat kedua orang tuanya ketika berada di surga kelak meskipun amal amal kedua orang tuanya semasa hidup belum layak untuk sampai pada derajat kemuliaan tersebut di surga, sebagaimana dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ لَيَرْفَعُ الدَّرَجَةَ لِلْعَبْدِ الصَّالِحِ فِيْ الْجَنَّةِ فَيَقُوْلُ : يَا رَبِّ أَنىَّ لِيْ هَذِهِ ؟ فَيَقُوْلُ : بِاسْتِغْفَارِ وَلَدِكَ لَكَ
“Sungguh, Allah benar-benar mengangkat derajat seorang hamba-Nya yang shalih di surga,” maka ia pun bertanya: “Wahai Rabbku, bagaimana ini bisa terjadi?” Allah menjawab: “Berkat istighfar anakmu bagi dirimu.
Apa yang dinyatakan oleh Rasulullah shalallahu alaihi wassalam tersebut sebagaimana yang diwahyukan oleh Allah subhanahu wa Ta’ala dalam Al Qur’an :
آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِإِيمَانٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَا أَلَتْنَاهُمْ مِنْ عَمَلِهِمْ مِنْ شَيْءٍ ۚ كُلُّ امْرِئٍ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ وَالَّذِينَ
Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.
( Ath-Thur : 21)
Apabila seorang anak dapat masuk ke dalam Surga karena menjadi anak yang Sholeh dan Sholehah maka kedua orangtuanya kelak akan berada pada kedudukan dan martabat yang sama apabila anak dan kedua orangtuanya beriman dan wafat dalam Islam.
Maka selayaknya bagi kedua orang tua untuk selalu berdoa dan berharap serta mengambil ikhtiar dengan cara mendidik putra-putrinya tersebut agar menjadi anak yang Sholeh dan Sholehah sesuai dengan Al Qur’an dan petunjuk Rasulullah shalallahu alahi wassalam.
Semuanya dapat terwujud dengan cara ikhtiar belajar agama Islam yang harus didukung sepenuhnya oleh guru bekerja sama dengan para orang tua atau walisantri.
- Anak adalah fitnah atau ujian.
Dalam prespektif lainnya, anak dan keturunan dapat pula menjadi sumber fitnah dan ujian bagi kedua orangtuanya.
Hal ini sebagaimana yang diungkapkan dalam sebuah redaksional ayat Al Qur’an :
إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ وَاللَّهُ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ
“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar.”
( Qs. At-Taghabun : 15 )
Di antara bentuk fitnah atau ujian tersebut adalah keadaan dan sikap dari kedua orangtua di dalam menjawab tantangan kehidupan ketika memberikan nafkah serta mendidik putra-putrinya tersebut.
Setiap anak yang dilahirkan ke dunia tentu akan membawa takdir jatah rezekinya masing masing, yang bermakna telah menjadi suatu kewajiban bagi kedua orangtuanya untuk selalu mengusahakan pendidikan yang baik bagi anak dan keturunannya meskipun untuk hal itu ia harus bersiap sedia untuk mengeluarkan biayanya.
Sebagian dari rezeki yang diperoleh dari hasil usaha kedua orang tua sesungguhnya adalah jatah rezeki kehidupan yang dibawa oleh anak anaknya yang telah dijamin oleh Allah yang maha kaya.
وَلَا تَقْتُلُوْٓا اَوْلَادَكُمْ خَشْيَةَ اِمْلَاقٍۗ نَحْنُ نَرْزُقُهُمْ وَاِيَّاكُمْۗ اِنَّ قَتْلَهُمْ كَانَ خِطْـًٔا كَبِيْرًا ٣١
Janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut miskin. Kamilah yang memberi rezeki kepada mereka dan (juga) kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka itu adalah suatu dosa yang besar.
( Qs. Al Isra : 31 )
- Anak dapat berpotensi menjadi musuh di dunia dan di akhirat bagi kedua orang tuanya
Anak juga dapat menjadi sumber petaka bagi kedua orangtuanya baik di dunia maupun diakhirat apabila dengan sengaja ditelantarkan bahkan disia siakan keberadaannya tanpa diberikan bimbingan hidup yang sesuai dengan petunjuk yang telah Allah tetapkan di dalam Al Qur’an maupun petunjuk hadits hadits nabi yang mulia.
Sebagaimana diungkapkan dalam ayat berikut :
قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا
“Jagalah diri kalian dan keluarga kalian dari api Neraka.”
( Qs. At-Tahrim : 6 )
يا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ مِنْ أَزْواجِكُمْ وَأَوْلادِكُمْ عَدُوًّا لَكُمْ فَاحْذَرُوهُمْ وَإِنْ تَعْفُوا وَتَصْفَحُوا وَتَغْفِرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
“Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
( Qs. At-Taghabun : 14 )
Jangan sampai terjadi, ada nya orang tua atau walisantri yang tidak peduli dengan masa depan atau enggan menaruh perhatian kepada perjalanan pendidikan bagi putra putrinya.
Maka tiada lain adalah berusaha dan berdoa serta berharap kepada Allah sesuatu yang terbaik, sebagaimana diperintahkan kepada setiap orang tua untuk selalu mendoakan kebaikan bagi keluarganya dengan doa yang istimewa :
رَبَّنا هَبْ لَنا مِنْ أَزْواجِنا وَذُرِّيَّاتِنا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنا لِلْمُتَّقِينَ إِماماً
“Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa”
( Qs. al Furqan : 74 ).
Wabillahi taufiq